Selasa, 27 Desember 2011

Lelah, Sebuah Mata Rantai

Staff Div. Ke- LDK- an Puskomda Sumut 2011- 2013
Lelah, Sebuah Mata Rantai. Setiap kita pasti pernah merasakan lelah. Apakah ia disebabkan aktivitas fisik yang cukup banyak dan sulit, atau mungkin saja aktivitas pikiran yang beranekaragam dan rumit. Kesemuanya akan akan membawa kita pada satu keadaan dimana kita butuh istirahat. Tidak terkecuali siapapun kita tentu butuh saat- saat untuk memulihkan kembali energi itu. Walau tak jarang masa- masa istirahat itu adalah masa yang paling rentan terjadinya sesuatu yang dikhawatirkan, berhenti.

Kelelahan adalah sunnah kauniyah; tabiat kehidupan. Sejak lahir kelelahan sudah menemani perjalanan hidup manusia. Allah berfirman:” Sungguh kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”(QS. Al Balad:4). Bayi yang baru lahir terus berusaha menghirup udara yang selama ini belum pernah sekalipun berhubungan dengannya. Begitupun pencernaan dan organ tubuh lainnya yang baru memulai fungsinya masing- masing. Tentu keadaan yang sangat berat. Kemudian berlanjut pada proses merangkak, berjalan, dan gerakan lainnya yang kesemuanya itu adalah kelelahan.

Tidak hanya manusia tentunya, demikian hewan. Burung yang harus bersusah payah terbang ke sana kemari untuk mendapatkan makanan. Ikan yang berenang di lautan dangkal. Lebah berpindah dari satu bunga ke bunga yang lain. Cacing yang berjuang keras untuk menembus tanah berliku- liku nan keras untuk mendapatkan makanan. Dan hewan lainnya. Kita mendapati ternyata kelelahan dibutuhkan untuk mencapai kesinambungan hidup. Satu kalimat yang mungkin bisa mewakili, ‘tetaplah menjadi kepompong jika takut lelah dan berkorban’.

Bagi seorang muslim, rasa lelah tidak semata hanya situasi yang tidak nyaman secara fisik maupun batin. Rasa itu mengantarkan kita pada kesadaran bahwa Allah lah yang Maha Sempurna. Sekuat apapun kita, ada masa istirahat yang kita butuhkan. Sehebat apapun kita, pasti tidak akan mampu menjangkau semua hal. Sepandai apapun kita, tentu tidak akan mampu menjangkau semua ilmu pengetahuan. Karena kita manusia, punya rasa lelah. Namun tidak dengan Allah. Jadi bersyukurlah ketika lelah menyapa, dan bawa ia pada kesadaran akan ke Maha Sempurnya Allah dan kehinaan diri kita di hadapan- Nya.

Rasa lelah akan hadir sesuai dengan jadwalnya. Ibnu Qayyim Al Jauzi berkata, “Orang- orang berakal dari seluruh umat sepakat bahwa nikmat itu tidak bisa dicari dengan cara yang nikmat. Dan barangsiapa yang bersantai- santai, justru akan kehilangan kenyamanan yang sesungguhnya. Sebab, seperti apa kadar kesulitan dan kelelahan, seperti itu pula kenyamanan yang akan didapatkan. Tak aka nada kesenangan bagi yang tidak punya kehendak kuat. Tak ada kesenangan bagi yang tak punya kesabaran. Tak ada karunia kenikmatan bagi yang tidak mau bersusah payah. Tak ada kebahagiaan bagi yang tak berlelah- lelah. Bahkan bila seorang Muslim mau berlelah sedikit, sesungguhnya ia berbalas dengan kelapangan yang panjang. Jika ia mau menahan beratnya sabar barang sesaat, ia akan diantarkan ke kehidupan yang lebih abadi. Semua jalan menuju kenikmatan, memerlukan saat- saat kesabaran. Dan hanya Allah tempat meminta pertolongan.”

Selanjutnya, dibawa kemana rasa lelah itu? Bawalah ia pada ketundukan kepada Allah. Sungguh kita akan menyadari betapa pentingnya Dia saat- saat sulit sseperti ini. Bila rasa lelah datang dan terus menekan diri kita, itulah saat yang sangat tepat untuk bermunajat kepada Allah.
Seringkali, sepanjang perjalanan hidup kita justru hanya bertahan untuk hidup hingga menyita hampir seluruh rasa lelah. Semangat untuk merencanakan, memulai, dan mengerjakan sesuatutiba- tiba sirna jika rasa ini hadir. Tak jarang banyak yang tidak mampu menjalani proses ini hingga mereka berguguran dan menyatakan berhenti tuk berusaha.

Seorang penyeru kebenaran hendaklah memahami bahwa dialah yang membutuhkan dakwah, bukan sebaliknya, Hingga futurnya seorang aktivis dakwah bisa jadi merupakan indikasi dari rendahnya pemahaman dan komitmen terhadap dakwah Islam. Maka amatlah penting bagi setiap kita untuk merenungkan ayat Allah, “Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti kamu dengan kaum yang lain ; dan mereka tidak akan seperti kamu.”(QS. Muhammad:38)

Lelah tidak masalah. Ia hanya sebuah siklus. Membawa kita menuju kesadara akan ke- Maha Sempura- an Rabb kita. Ia adalah tabiat kehidupan. Bahkan menjadi satu masalah jika kita tidak merasakan kelelahan. Pundak- pundak yang kuat untuk menjalankan berbagai amanah akan menghadirkan kelelahan yang berarti di hadapanNya. Kelelahan yang akan mengantarkan kita pada pemahaman yang benar, bahwa kelelahan berbanding lurus dengan keberhasilan. Sebab kelelahan adalah mata rantai yang tak terpisahkan dari sebuah kesenangan. Jika tak ingin lelah, tetaplah menjadi kepompong! (28/12san)



*Selamat berlelah ria kepada semua sahabat2 yang multi-amanah. Amazing!

2 komentar: