Senin, 20 Februari 2012

Dauroh Mar’ah Sholehah II (DMS II)


18- 19 Februari 2012 in Dauroh Mar’ah Sholehah II (DMS II)

DMS II?
DMS I nya kapan?? (cari tau sendiri ya…)

DMS II tidak lain dan tidak bukan adalah program kegiatan kemuslimahan yang digawangi oleh 2 lembaga besar, Jarmusda Puskomda FSLDK Sumut dan DKK KAMMI Komisariat UNIMED. Peserta adalah muslimah dari kampus Sumatera Utara yang telah memenuhi kualifikasi (jadi gak sembarangan lho). Dengan membawa tema “ Be a great muslimah in our campus “, instruktur, SC, serta OC berupaya memberikan persembahan terbaik kepada para peserta. Jumlah peserta kali ini sebanyak 64 orang yang berasal dari kampus Medan; UNIMED, IAIN, USU, POLMED, UMN, UISU, luar Medan; UNA, Bina Karya Tebing Tinggi, IAIDU Tebing Tinggi, dan STKIP Budi Daya Binjai.
 Senyum DMS, Senyum Muslimah ^_<

Hari pertama DMS II
Bismillah.. Kembali mengukir sejarah dakwah di gedung Aula FE. Panitia mulai beraksi sejak pukul 7.30, memastikan bahwa all iz well. Satu persatu peserta hadir, registrasi, dan ambil PW. Opening Ceremony dan forum langsung dikondisikan oleh MOT yang cukup capable di bidangnya. Yupzz, materi pertama Fiqh Tabaruj* mendapat antusias penuh dari para peserta. Keinginan untuk menuntut ilmu terlihat jelas di wajah mereka serta banyaknya pertanyaan yang bermunculan ketika session diskusi. Bersama Ustadzah Elvi, Lc., peserta dan semua yang ada di forum tercerahkan oleh keluasan ilmu serta keluwesan dalam penyampaiannya. Tidak cukup rasanya membahas fiqh ini dalam waktu 2 jam. Apalagi tamabahan FGD yang rada bikin dilema dan galau. Pilih mana ya?? Alhamdulillah, ustadzah tersebut bersedia untuk mem- follow up bidang ini setelah DMS II (bahkan sampai teken surat perjanjian lho).

Tidak hanya mendapat tambahan ilmu lewat materi, namun peserta juga mempunyai target hafalan dan amalan lainnya yang harus dipenuhi selama DMS II berlangsung. Untuk menjaga atmosfer ruangan dan seisinya tetap semangat dan ceria, peserta mengekspresikan perasaan mereka lewat games dan karya (Ekspresinya MAnaa, pohon harapan, dkk). 

Beralih ke Manajemen Aksi. Yapzz, bersama K’Sabita yang sudah lama bergelut dan expert di sana, peserta diajarin bicara di depan public. Siapa sih yang gak ingin direspect orang lain ketika bicara? Untuk itu, peserta mengadakan simulasi manajemen orasi di pelataran mesjid kampus UNIMED. Luarbiasa! Ternyata jauh dari apa yang diprediksi. Output materi ke- 2 ini apa ya? Udah bisa diajak aksi tuh!

Kelelahan yang penuh keceriaan mengakhiri DMS hari pertama. Bagaimana pula dengan hari kedua?? Cekidot….

Hari kedua DMS
Tidak hanya Aula FE, ternyata gedung lain juga turut ingin namanya tertorehkan dalam sejarah dakwah. DMS II hari kedua berlangsung di VIP Room Serbaguna UNIMED.
Relaksasi dilakukan untuk memastikan peserta siap menerima materi. Pemateri kali ini adalah seorang motivator sekaligus testimony person. K Nur’ainun menemani peserta dalam Training Be A Great Muslimah. Bercerita lewat kkisah memang lebih menyentuh daripada hanya teori belaka. Dan inilah yang dirasakan oleh para peserta, bukti ada di depan mereka. semoga termotivasi untuk terus berprestasi dan raih gelar sarjana secepatnya. Okeh!

Ba’da zuhur, ada satu materi lagi. Sengaja dibuat di akhir, karena ini merupakan salah satu materi dan pemateri yang ditunggu- tunggu. (Artinya 3 materi sebelumnya sudah membuat peserta seolah tak ingin beranjak sekejap pun dari bangkunya. Hingga mereka masih ada di materi akhir. Artinya apa coba?? Ribet ahhh). Karakter Akhwat Haraki. Inilah materi terkahir bersama Ustadzah Prihatin Ningsih, yang kerap dipanggil K’Titin. Tuk isi materinya nanti bisa ditanyakan langsung kepada teman- temannya yang hadir di DMS II. Sedikit yang bisa saya simpulkan, akhwat haraki itu tidak dilihat dari tampilan fisik. Ingat, bukan dilihat dari tampilan fisik. Sekalli lagi, bukan…. (sebutkan sendiri ya). Namun lebih pada tampilan hatinya. Kejelasan dirinya dalam wala’ dan bara’, ketercapaian muwashofat, konsisten pada akhlak kenabian. 

Peserta terbaik hasil seleksi tim instruktur diumumkan. Closing ceremony dilakukan. Dalam penutupan, koord. Jarmusda Puskomda FSLDK Sumut menyampaikan beberapa hal kepada peserta. “DMS II tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Kita butuh para da’iyah yang kafa’ah di bidang fiqh, aksi, serta motivasi. Untuk itu, kerjasama dengan pihak terkait haruslah kita sambut dengan antusias. Ketiga bidan ini akan di follow up langsung oleh mereka yang expert, sehingga kita memang muslimah yang keberadaannya dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya,”demikian kira- kira bunyinya.
Acara diakhiri dengan saling bersalam- salaman dan ukhuwah terasa indahnya.(20/02san)

*a.n. Koord. Jarmusda Puskomda SU dan DKK Komed, jazakumullah khairan katsiran tuk semuanya yang telah berpartisipasi dalam kelancaran DMS II.


Minggu, 05 Februari 2012

Kenapa Mahasiswa Harus Mentoring?

       Staff Div. Ke- LDK- an

Mahasiswa, tidak asing lagi bagi kita. Sosok yang diharapkan menjadi agen perubah, yang dibentuk untuk menjadi pemimpin masa depan, yang dipermak untuk bisa menaklukkan dunia. Mahasiswa, ya mereka lah para pemuda. Kesadaran akan peran besar yang diemban oleh para mahasiswa tentu angat dinantikan oleh masyarakat. Bagaimana jika para mahasiswa masih menganggap dirinya hanya sebagai pengguna tanpa memikirkan cara untuk bisa menjadi pencipta? Jika para mahasiswa masih menunggu untuk suatu keajaiban terkait masa depannya tanpa ada usaha? Tentu ini menjadi satu permasalahn yang perlu diberi perhatian khusus.

Mari melirik pada kondisi mahasiswa muslim saat ini. Tidak jarang dari mereka yang tidak paham akan eksistensi mereka di dunia kampus. Dengan kata lain, hanya sedikit yang menunjukkan keseriusan mereka dalam mengemban amanah yang cukup besar sebenarnya. Satu hal yang menjadi sorotan kita adalah bahawa masih banyaknya mahasiswa muslim yang belum menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Sangat jauh. Ini adalah satu permasalahan yang akan memicu merebaknya berbagai permasalahan lainnya di dunia kampus.

Berbagai tawuran, pengrusakan gedung perkuliahan, hingga keterlibatan mahasiswa dalam penggunaan obat2an terlarang dan seks bebas, adalah beberapa dampak negative yang lahir sebagai akibat dari minimnya pemahaman agama mereka. Jika hal ini terjadi siapa yang pantas disalahkan? Sungguh ironi jika para birokrasi menyalahkan mahasiswa sepenuhnya, memberi kecaman tegas kepada mereka tanpa menelisik apa penyebab di balik semua ini. Sungguh tidak wajar ketika menyalahkan mahasiswa  sementara di sudut lain mereka (para pengambil kebijakan) dengan seenaknya mengesampingkan pendidikan karakter yang sebenarnya buah dari pendidikan agama.

Degradasi moral terjadi seolah sebuah kesengajaan di negara ini. Bahkan mereka tampaknya bangga dengan kebijakan yang mereka buat di lingkungan kampus. Satu kebijakan fatal yang mereka buat adalah pelaksanaan mata kuliah agama pada semester 5 atau 6. Kita tidak tahu apa latar belakang pengambilan kebijakan ini, hanya berbaik sangka saja. Namun mari kita coba kritisi, efek negative kebijakan ini . Mahasiswa sudah terlalu disibukkan dengan tugas2 mata kuliah yang tidak memiliki kaitan apa2 dengan pemahaman agama mereka. Hingga sampai ke tingkat 3 mahasiswa diajak untuk mempelajari agama mereka kembali, dengan sedikit ‘kaku’. Esensinya sudah tidak terasa. Mahasiswa sudah terlanjur disibukkan dengan pikiran2 yang lain hingga mata kuliah agama hanya dirasakan sebagai formalitas saja.

Mungkin ini tidak begitu masalah bagi mereka yang mengikuti organisasi keislaman di kampus atau di sekitar tempat tinggal mereka. Namun bagi yang lain? Mereka yang berasal dari daerah yang notabene kental dengan nilai2 keagamaan namun tidak mendapatkannya di kampus. Apalagi yang memang pada dasarnya mereka yang tidak memperdalam agama di daerahnya. Apa yang akan terjadi dengan kondisi seperti ini?

Melihat realita ini, tentu kita tidak bisa berdiam diri. Audiensi dengan berbagai kalangan termasuk dosen agama serta birokrasi terkait adalah beberapa cara yang dilakukan oleh teman2 dari Lembaga Dakwah  Kampus (LDK). Salah satunya adalah kawan2 dari Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ar- Rahman UNIMED yang merasa terpanggil untuk memperbaiki karakter mahasiswa muslim lewat pendidikan agama. Kegiatan yang mereka lakukan adalah Mentoring melalui Badan Semi Otonom UKMI, ICL (Islamic Character Learning). Di sini, mahasiswa muslim bisa belajar agama Islam gratis yang dibimbing oleh para kakak/ abang yang diseleksi dengan ketat. Output dari kegiatan ini adalah terbentuknya mahasiswa muslim yang ber- Islam dengan baik. Minimal solat lima waktu, baca Al Qur’an, dan berakhlak mulia (berkarakter). Ketiga poin ini akan mengajak diri mereka untuk selalu berbuat kebajikan dimana pun mereka berada. Penjagaan akan selalu dilakukan kepada para mentee (peserta) agar ibadah mereka tetap terlaksana.

Urgensi mentoring sangat dirasakan dalam pembentukan mahasiswa yang berkarakter. Tidak cukup hanya dengan menyisipkan pendidikan karakter lewat beberapa mata kuliah umum, namun perlu mata kuliah khusus. Untuk itu, mentoring harapannya bisa dijadikan sebagai kegiatan wajib bagi mahasiswa muslim minimal di semester awal. Kita tentu tidak ingin degradasi moral ini terus berlanjut sampai nanti menyisakan peneyesalan yang berkepanjangan.

Mahasiswa punya peranan besar dalam bidang apapun. Mahasiswa yang berkarakter adalah sosok yang akan mampu memainkan perannya dengan baik. Pendidikan karakter adalah buah dari pendidikan agama yang tidak dapat dipandang sebelah mata.  Mahasiswa berkarakter hanya akan lahir dari proses pembentukan yang benar dan berkelanjutan. Mentoring hadir sebagai satu solusi cerdas dalam membentuk mahasiswa berkarakter. Mentoring akan membawa mahasiswa pada pemahaman akan peran mereka sebagai agen perubah yang disertai dengan nilai2 keislaman. Semoga mentoring menjadi satu kegiatan rutin di setiap kampus tanah air yang dimonitori langsung oleh pihak birokrasi dan jajarannya. (05/02san)

Senin, 02 Januari 2012

Simposium FSLDK SUMUT lahirkan kader dakwah yang siap dalam kondisi apapun

oleh : http://setetesembunqothrunnada.blogspot.com/
Jalan dakwah bukan sebuah perjalanan yang ditaburi bunga atau dihampari permadani tapi jalan dakwah adalah jalan yang dipenuhi onak dan duri. Maka dibutuhkan semangat dan keistiqomahan untuk melangkah menuju kemengan dakwah ini, agar Sumatera Utara Madani segera terwujud. Keistiqomahan lahir dari sebuah pemahaman yang mendalam, kesamaan visi, kesatuan gerak, dan kemauan kuat untuk mengabdikan diri pada dakwah Islam.
            Simposium LDK Se- Sumatera Utara hadir dalam rangka gebrakan perbaikan bersama dengan tema  “AKSELERASI PERAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS DALAM REKONSTRUKSI KARAKTER INTELEKTUAL MUDA MENUJU SUMATERA UTARA MADANI”
            Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari (30-31 Desember 2011 – 1 Januari 2012) ini merupakan program kerja dari PUSKOMDA Sumut dimana panitia berasal dari 5 LDK di kota Medan; UKMI Ar- Rahman UNIMED, LDK Al- Izzah IAIN SU, UKMI Ad- Dakwah USU, UKMI An- Najwa POLMED, dan LDK R. Jannah UMN.
Simposium ini digelar di gelanggang H. Anif Universitas Negeri dengan rangkaian acara :
1.      Stadium General“Peran LDK dalam Membangun Karakter Intelektual Muda”
2.      Seminar Internalisasi Mentoring se- Sumatera Utara “Revitalisasi Peran LDK dalam    Pendidikan Karakter Pemuda”
3.      Pelatihan Manajemen Dakwah Kampus yang dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
            a. Kaderisasi
            b. Syiar dan Fundrising
            c. Rapat Koordinasi Daerah (RAKORDA)
            Acara yang dihadiri oleh 300 peserta yang merupakan para aktifis dakwah kampus dari berbagai universitas di Sumatera Utara itu berlangsung hikmad. Para aktifis dakwah kampus itu berkumpul bersama dan menyatukan tekad untuk menegakkan islam dan menyebarkan fikroh keislaman di kampus masing-masing. Sebab itu para peserta sangat antusias untuk mendapatkan bekal ilmu pengetahuan di acara simposium ini.
            Takbir pun membahana membangkitkan semangat juang para kader dakwah untuk memaksimalkan peran LDK dalam merekonstruksi karakter intelektual muda dan memperbaiki moral bangsa.  Dengan semangat juang yang tinggi itulah kader dakwah  yang siap dalam kondisi apapun lahir dari simposium ini.
            Dalam rapat koordinasi daerah, ketua PUSKOMDA, Cholid Wijaya menyatakan bahwa LDK saat ini harus membangkitkan kepercayaan diri, hilangkan kebodohan, perkuat pemahaman dan fikroh, dan meningkatkan silaturrahim agar LDK tidak lagi menjadi organisasi yang terbelakang. Maka, membangun jaringan juga merupakan hal sangat penting untuk memajukan LDK di SUMUT.
            Dengan bekal pemahaman dan semangat juang yang dimiliki kader dakwah, koordinasi yang jelas antar LDK se-SUMUT, serta jaringan yang luas dengan masyarakat maka Sumatera Utara Madani akan segera terwujud.